Kisah Hilangnya Gubernur Graaf Van Limburg Stirum Di Ambon. Ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi di tahun 1919 ketika Belanda masih berkuasa di Ambon. Berita lengkap dari peristiwa yang terjadi atas diri seorang Gubernur Jenderal yang hilang di kota Ambon bahkan dimuat dalam harian surat kabar pada waktu itu. Dalam tahun 1919, tiba dari Batavia (Jakarta), Gubernur Jenderal Graaf van Limburg Stirum ke Ambon dalam rangka mengadakan kunjungan kerja. Limburg Stirum datang ke Ambon bersama isterinya diikuti oleh beberapa orang stafnya dan mereka menginap di rumah dinas di daerah Batu Gajah. Rumah itu sangat besar, tergolong mewah dan memiliki taman yang luas (cirri khas rumah-rumah orang Eropa). Pada bahagian taman bunga tersedia air mancur serta kolam teratai yang indah. Suatu hari di pagi hari duduklah Gubernur Jenderal Graaf van Limburg Stirum di depan rumahnya.
Sambil menikmati udara segar serta taman yang indah itu, tiba-tiba ia melihat isterinya berjalan-jalan di dalam taman bunga itu. Gubernur segera menuju isterinya dan sambil tersenyum manis ia mengajak isterinya untuk terus berjalan-jalan mengelilingi taman itu. Ternyata Gubernur Limburg Stirum telah berada di tengah-tengah hutan Negeri Soya yang jaraknya kurang lebih 9 Km dari Batu Gajah. Ketika ia sadar terkejutlah ia karena berada seorang diri di dalam hutan. Gubernur pun jatuh pingsan. Sementara itu di rumah tempat ia menginap terjadi kegemparan karena isteri gubernur bersama para pelayan dan staf sedang bingung mencarinya. Gubernur hilang dari rumah padahal ia masih berpakaian piyama dan belum sarapan pagi. Kemana gerangan gubernur pergi tak seorangpun mengetahuinya. Sejak pagi itu sampai sore hari Gubernur belum dijupai.
Kantor Landtraad (Pemerintah) dan polisi segera diberitahukan untuk melakukan pencaharian. Peristiwa ini menggemparkan seluruh kota karena yang hilang ini adalah seorang gubernur jenderal pejabat tertinggi di saat itu. Kita kembali kepada sang jenderal yang sedang jatuh pingsan di hutan Soya. Ketika sadar ia berada di tengah-tengah semak duri belukar pohon-pohon sagu. Tiba-tiba munculah seorang penyadap pohon aren dari keluarga Nussy baru kembali dari hutan dan terkejut melihat seorang belanda sementara berdiri di antara semak-semak pohon-pohon itu dengan wajah yang pucat dan ketakutan. Ia berhenti dan menatap orang Belanda itu tanpa berbicara sepatah katapun karena ia tidak dapat berbicara dengan bahasa belanda sementara gubernur pun tidak dapat berbahasa melayu. Selanjutnya lewat bahasa tangan orang Belanda meminta ia mengantarkannya pulang ke Batu Gajah.
Sebelum mengantarkan orang Belanda ini pulang, peristiwa di hutan itu dilaporkan kepada raja Soya. Ketika gubernur tiba di rumah terkejutlah semua orang di sana karena sudah sehari semalam mereka mencari dan ternyata tuan besar mereka ditemukan di Negeri Soya. Sebagai imbalan jasa baik dari keluarga Nussy, seorang penyadap aren (tifar mayang) pemerintah Belanda menyekolahkan anak-anaknya, bahkan beberapa di antara mereka melanjutkan sekolahnya sampai pendidikan tinggi di negeri Belanda. Bagi penduduk Ambon sendiri peristiwa yang terjadi atas diri gubernur adalah hal yang biasa. Mereka percaya bahwa secara gaib ia telah diculik oleh nenek Luhu, puteri Raja Soya yang misterius. Puteri telah bersalin wajah sebagai isteri gubernur Graaf van Limburg Stirum.
Sambil menikmati udara segar serta taman yang indah itu, tiba-tiba ia melihat isterinya berjalan-jalan di dalam taman bunga itu. Gubernur segera menuju isterinya dan sambil tersenyum manis ia mengajak isterinya untuk terus berjalan-jalan mengelilingi taman itu. Ternyata Gubernur Limburg Stirum telah berada di tengah-tengah hutan Negeri Soya yang jaraknya kurang lebih 9 Km dari Batu Gajah. Ketika ia sadar terkejutlah ia karena berada seorang diri di dalam hutan. Gubernur pun jatuh pingsan. Sementara itu di rumah tempat ia menginap terjadi kegemparan karena isteri gubernur bersama para pelayan dan staf sedang bingung mencarinya. Gubernur hilang dari rumah padahal ia masih berpakaian piyama dan belum sarapan pagi. Kemana gerangan gubernur pergi tak seorangpun mengetahuinya. Sejak pagi itu sampai sore hari Gubernur belum dijupai.
Kantor Landtraad (Pemerintah) dan polisi segera diberitahukan untuk melakukan pencaharian. Peristiwa ini menggemparkan seluruh kota karena yang hilang ini adalah seorang gubernur jenderal pejabat tertinggi di saat itu. Kita kembali kepada sang jenderal yang sedang jatuh pingsan di hutan Soya. Ketika sadar ia berada di tengah-tengah semak duri belukar pohon-pohon sagu. Tiba-tiba munculah seorang penyadap pohon aren dari keluarga Nussy baru kembali dari hutan dan terkejut melihat seorang belanda sementara berdiri di antara semak-semak pohon-pohon itu dengan wajah yang pucat dan ketakutan. Ia berhenti dan menatap orang Belanda itu tanpa berbicara sepatah katapun karena ia tidak dapat berbicara dengan bahasa belanda sementara gubernur pun tidak dapat berbahasa melayu. Selanjutnya lewat bahasa tangan orang Belanda meminta ia mengantarkannya pulang ke Batu Gajah.
Sebelum mengantarkan orang Belanda ini pulang, peristiwa di hutan itu dilaporkan kepada raja Soya. Ketika gubernur tiba di rumah terkejutlah semua orang di sana karena sudah sehari semalam mereka mencari dan ternyata tuan besar mereka ditemukan di Negeri Soya. Sebagai imbalan jasa baik dari keluarga Nussy, seorang penyadap aren (tifar mayang) pemerintah Belanda menyekolahkan anak-anaknya, bahkan beberapa di antara mereka melanjutkan sekolahnya sampai pendidikan tinggi di negeri Belanda. Bagi penduduk Ambon sendiri peristiwa yang terjadi atas diri gubernur adalah hal yang biasa. Mereka percaya bahwa secara gaib ia telah diculik oleh nenek Luhu, puteri Raja Soya yang misterius. Puteri telah bersalin wajah sebagai isteri gubernur Graaf van Limburg Stirum.
Referensi :
- Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Maluku dan Malut)
0 Comments
Tulislah komentar yang sopan serta tidak melanggar SARA (Suku, Agama, Ras & Antar Golongan) !