Business

Klik untuk memesan Web Hosting dengan jaringan terbaik dan tercepat saat ini

Cakalele, Seni Tarian Perang Khas Negeri Tihulale

Cakalele, Seni Tarian Perang Khas Negeri Tihulale
Cakalele. Cakalele merupakan seni tari perang tradisional khas Maluku. Tari Cakalele dapat dimainkan oleh laki-laki dan perempuan. Biasanya para penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan juga kuning tua. Di kedua tangan penari menggenggam parang disisi kanan dan tombak atau salawaku di sisi kiri, dan ikat kepala berwarna merah. Sedangkan para penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya.

Dalam tarian Cakalele ini, para penari melakukan tarian yang diiringi dengan musik tifa, suling, musik beduk (tambur) dan kerang besar (bia) yang ditiup. Tari Cakalele disebut juga dengan tari kebesaran, karena seringkali digunakan untuk penyambutan para tamu agung seperti tokoh agama dan pejabat pemerintah yang berkunjung ke bumi Maluku ataupun juga dalam upacara adat.

Keistimewaan tarian Cakalele ini terletak pada tiga makna simbolnya, yaitu   :

  • Warna Merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi Maluku, serta menggambarkan keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang. 
  • Parang dan Tombak pada tangan menyimbolkan harga diri dan martabat warga Maluku yang harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan. 
  • Salawaku dan teriakan lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan perjuangan untuk mendapatkan keadilan.

Parang dan Salawaku merupakan kerajinan tangan khas orang Maluku. Parang dibuat dari besi yang ditempa dengan ukuran bervariasi, biasanya antara 90-100 cm. Pegangan parang biasanya terbuat dari kayu besi atau kayu gapusa. Sementara itu, Salawaku dibuat dari kayu keras yang dihiasi kulit kerang laut. Tari Cakalele ini biasanya diawali dengan ritual sehingga ketika Tari Cakalele ditampilkan, masayarakat Maluku percaya bahwa arwah para leluhur (nenek moyang) akan masuk ke dalam raga mereka sebagai para penari. Hal ini dibuktikan dengan kebal atau tidak mempannya tubuh para penari bila terkena parang pada saat tarian sedang berlangsung.

Perlu diingat bahwa kehadiran arwah leluhur atau nenek moyang tesebut hanya bisa dirasakan oleh penduduk asli Maluku. Bagi masyarakat di luar wilayah Maluku atau yang bukan asli Maluku, Tarian Cakalele seringkali diartikan sebagai simbol yang hanya seremonial belaka. Namun bagi orang Maluku terkhususnya Negeri Tihulale makna Cakalele adalah luhur dan sakral. Di Negeri Tihulale, Cakalele merupakan hal wajib yang sudah tidak asing dijumpai, terutama pada acara besar seperti Pelantikan Raja, Panas Pela dan Gandong, atau beberapa kegiatan adat lainnya.

Cakalele, Seni Tarian Perang Khas Negeri Tihulale

Cakalele, Seni Tarian Perang Khas Negeri Tihulale

Cakalele, Seni Tarian Perang Khas Negeri Tihulale

Post a Comment

0 Comments