KAKEHAN. Sebelum masuknya Penginjilan dan Kekristenan oleh para Misionaris di Negeri Tihulale, perlu diketahui bahwa Para Leluhur (Nenek Moyang) telah memiliki semacam tradisi keagamaan yang dikenal dengan nama KAKEHAN atau yang juga disebut KAKEHANG dengan MAUWENG sebagai pemimpin tradisi Kakehan ini. Mauweng sangatlah dihormati dan disegani, bahkan pertimbangan Raja biasanya meminta nasihat dari Mauweng. Dalam tradisi Kakehan ini mereka percaya kepada Roh-Roh dan sesembahan tertentu.
Roh-Roh dan sesembahan tertentu yang penulis maksudkan disini adalah sebagai berikut :
Roh-Roh dan sesembahan tertentu yang penulis maksudkan disini adalah sebagai berikut :
- Upuru Loterumi, adalah sesembahan yang di yakini tuhan alam semesta (Tuhan Yang Maha Esa) yang memberikan kehidupan.
- Lematai adalah Matahari yang memberi cahaya dan menerangi.
- Huran adalah Bulan yang menerangi pada waktu malam.
- Ume adalah Bumi yang di dalamnya terdapat Tanah dan Air yang memberikan makan bagi mereka.
- Roh-Roh Nenek Moyang, adalah roh-roh yang di percaya dari roh keluarga yang telah lama tiada namun masih terus menjaga dan melindungi, biasa di sebut Tete-Nene-Moyang, sampai saat inipun kepercayaan itu masih tetap berakar di dalam masyarakat Negeri Tihulale bahkan ada istilah yang mendarah daging dalam kehidupan katong di Tihulale misalnya nomor 1 katong pung Tuhan, Nomor 2 katong pung Tete Nene Moyang.
Pengertian Kakehan
Kakehan sendiri juga dikenal dengan nama Pengayauan, dimana dalam tradisi Kakehan berburu kepala manusia adalah sebagai tanda hormat dan terima kasih mereka pada sesembahan yang di yakini, mereka biasanya melakukan ritual-ritual untuk menyenangkan yang di yakininya sebagai Tuhan dengan mempergunakan Altar penyembahan yang terbuat dari batu bertungku tiga ataupun empat dengan satu batu datar berukuran besar sebagai mejanya yang disebut Dolmen. Kakehan juga memiliki tradisi khas yang sangat keras dan mengikat sehingga bagi para pengikut Kakehan yang mencoba atau kedapatan melanggar maka hukumannya adalah diburu dan dipenggal kepalanya. Pengikut Kakehan adalah orang-orang yang sangat terlatih dan tangguh serta mandiri dan dapat menyelesaikan segala tugas yang dibebankan.
Dolmen Kuasahahai Sebagai Bukti Keberadaan Kakehan Di Tihulale
Selain itu, Tradisi pemenggalan kepala ini juga dipercaya dapat meningkatkan kesaktian, semakin banyak kepala yang dipenggal maka semakin sakti, karena tradisi menganggap bahwa roh dari yang dipenggal akan menyatu kedalam jiwa Kakehan. Kepercayaan kepada sembahan-sembahan dan Roh-Roh Nenek Moyang inilah yang membuat mereka takut melakukan hal-hal yang diyakini dapat membuat murka para sesembahan dan menimbulkan amarah para roh nenek moyang yang berakibat negeri mendapat malapetaka baik sakit penyakit maupun kematian.
Bukti dari adanya tradisi keagamaan Kakehan ini masih ada di negeri Tihulale dan masih berpengaruh juga dalam kehidupan masyarakat di Negeri Tihulale sampai saat ini. Jadi sebelum masuknya Misionaris Portugis dan Belanda, Masyarakat Negeri Tihulale telah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Upuru Loterumi/Upra Tala), dengan keyakinan bahwa Matahari (Lematai), Bulan (Huran) dan Bumi (Ume) adalah pemberian Tuhan Yang Maha Esa yang harus di hormati.
1 Comments
Informasi yang sangat menarik mengenai Kakehan
ReplyDeleteTulislah komentar yang sopan serta tidak melanggar SARA (Suku, Agama, Ras & Antar Golongan) !