Business

Klik untuk memesan Web Hosting dengan jaringan terbaik dan tercepat saat ini

Sejarah Pela Hatuhaha Amarima - Tihulale

Sejarah Pela Hatuhaha Amarima - Tihulale
Hubungan Pela antara Negeri Tihulale dan Hatuhaha Amarima atau Uli Hatuhaha ini dilatar belakangi oleh pecahnya Perang Alaka II, yang diperkirakan terjadi pada sekitaran tahun 1673, yang mana peperangan ini adalah peperangan antara Kerajaan Hatuhaha dengan penjajah Belanda. Dalam peperangan ini Belanda berhasil mencapai jantung pusat pertahanan Hatuhaha di Alaka. Adapun kronologis perang ini terjadi dalam 4 tahapan, yaitu sebagai berikut :

  • Pertama, pihak Belanda dipimpin oleh Caan dan Deutekon mendarat di Kabau dengan menggunakan delapan kora-kora. Pertempuran ini terjadi hanya di sekitar Pantai Kabau, dan berhasil menduduki daerah Kabau.
  • Kedua, Belanda melakukan penyerangan ke Kailolo dengan mengerahkan sekitar 1016 prajurit yang terbagi kedalam tiga kelompok yang dipimpin oleh Major Piere du Cams. Mereka menyusuri gunung-gunung terjal dan batu-batu karang yang tajam. Belanda akhirnya menduduki markas-markas pertahanan yang dibangun di eKailolo. Dalam pertempuran ini banyak rakyat Kailolo yang mendjadi korban. Rumah-rumah mereka dibakar, dan benteng-benteng yang terbuat dari batu, habis dihancurkan.
  • Ketiga, Belanda melakukan penyerangan ke pusat Kerajaan Hatuhaha. Dalam penyerangan ini, Kerajaan Hatuhaha membangun pertahanan di lereng-lereng bukit. Mereka menggulingkan batu dan melempar Tentara Belanda dengan abu, sehingga jatuh korban di pihak Belanda.
  • Keempat, Belanda menyerang dengan mendatangkan pasukan panah Alifuru sebanyak 385 orang yang dipimpin oleh Kapitan Sahulau, Sumeit dan Sisilulu.
Banyaknya pasukan panah ini menyebabkan Kerajaan Hatuhaha terdesak, Latu Uli Siwa kapitan Aipassa sebagai tanda persaudaraan memerintahkan malesi-malesi yang diambil dari 7 (tujuh) soa yang ada di Tuhaha dan dipimpin oleh Kapitan Sasabone, Pattipeiluhu dan Polatu, menuju ke Alaka. Dalam pertempuran ini, sekitar 30 orang dari Pasukan Kapitan Pattipeiluhu terbunuh dan Kapitan Pattipeiluhu kemudian ditangkap oleh Belanda dan diikat lalu dikurung dalam kurungan besi.

Kapitan Sasabone dan Kapitan Pollatu kemudian mengirimkan beberapa orang dari pasukan mereka untuk memberitahu Latu Ulisiwa Kapitan Aipassa mengenai hal ini. Mendengar kabar kekalahan Kapitan Pattipeiluhu di Alaka, kapitan Aipassa langsung memutuskan untuk turun menuju Alaka dan berperang bersama Kapitan Hatuhaha dan pasukannya.

Dari jauh Kapitan Tihulale kemudian melihat asap api peperangan diatas langit Hatuhaha. Ia melihat bahwa peperangan ini tentunya tak sebanding antara Belanda dengan Hatuhaha jika Belanda dengan senjata modern dan pasukan panah sebanyak itu, ia kemudian mengerahkan para malesi serta pasukannya dan mengirimkan perintah kepada Kapitan Rambatu melalui seekor burung merpati putih untuk ikut berperang membantu Kerajaan Hatuhaha di Alaka. Kapitan Tihulale, dan Kapitan Rambatu bersama pasukannya lalu menuju Alaka. Kapitan Tihulale membawa 3 buah meriam dari Negeri Tihulale yaitu Dangerales, Hiriosa dan Talangkares. Peluru meriam dibuat dari buah kelapa yang diisi dengan campuran abu dan bubuk cili.

Sesampainya di Alaka, Kapitan Tihulale kemudian bertemu Kapitan Ririasa (diketahui berasal dari Negeri Oma) yang juga menuju Alaka berniat membantu pasukan kerajaan Hatuhaha, ketiganya bersama para pasukannya kemudian menyusun strategi dan menyerang pasukan Belanda membantu Kapitan Aipassa serta pasukan kerajaan Hatuhaha yang masih bertahan. Dalam peperangan ini Belanda dapat dipukul mundur dan dikalahkan namun beberapa Kapitan Tuhaha bersama dengan Kapitan Ririasa dan Kapitan Rambatu serta malesi-malesinya tewas terbunuh. Tersisa Kapitan Tihulale dan Kapitan Aipassa bersama pasukannya dan pasukan Hatuhaha.

Sebelum kembali ke Negeri masing-masing, sebagai tanda perjuangan Para Kapitan ini, kemudian diikrarkan bersama Pela minum Darah antara Hatuhaha-Tihulale, Hatuhaha-Oma, Hatuhaha-Rambatu, Hatuhaha-Tuhaha. Meskipun sekarang Hubungan Pela ini hanya dijalankan oleh Tuhaha-Rohomoni (Beinusa Amalatu - Mandalise Haitapesi) dan Tihulale - Kailolo (Amalesi Risapori Sariata - Sahapori).

Post a Comment

0 Comments