Business

Klik untuk memesan Web Hosting dengan jaringan terbaik dan tercepat saat ini

Kontroversi Penulisan AMALESI Dan AMALESSY

Negeri Tihulale
Negeri Tihulale adalah sebuah Negeri yang berada di Kabupaten Seram Bagian Barat, Kecamatan AMALATU. Negeri TIHULALE memiliki nama Teung Negeri yang dikenal dengan nama AMALESI RISAPORI SARIATA. Adapun saat ini banyak Kontroversi mengenai penulisan nama Teung ini. Hampir sebagian besar Masyarakat Negeri TIHULALE menyebut dan menuliskan AMALESSY, padahal sebenarnya AMALESSY tidaklah memiliki makna apapun. Penulisan yang sebenarnya haruslah AMALESI.

AMALESI terbagi atas dua suku kata dalam bahasa Alune yaitu :

  1. AMA yang berarti Bapa
  2. LESI yang berarti Lebih
Yang jika diartikan secara etimologis AMALESI memiliki arti atau makna Bapa yang Melebihi. Adapun pembuktian yang menguatkan penulisan AMALESI ketimbang AMALESSY adalah sebagai berikut :

1. Dalam Bahasa Alune tidak mengenal kata LESSY yang ada hanyalah LESI. Kata LESSY baru dikenal dalam tulisan sejaka masuknya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Sedangkan dalam Bahasa Wemale dikenal dengan RESI.

2. Huruf Y baru dikenal belakangan ini setelah masuknya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), pada jaman belanda masih dikenal huruf DJ belum ada huruf Y. Apalagi dalam perang Hoamual, sudah ada huruf I.

3. Dalam Kapata-Kapata Tua yang ada seperti :

SEI LESI SOU, SOU LESI EI yang berarti SAPA LANGGAR SUMPAH, SUMPAH BUNUH DIA

Jelas dalam Kapata diatas disebutkan bahwa LESI memiliki arti LANGGAR yang juga dapat diartikan MELEWATI atau MELEBIHI selain itu juga bermakna bunuh. Sekali lagi bukan LESSY tapi LESI.

4. Sebagai contoh bahasa wemale RESI yang menggambarkan arti lebih digunakan dalam ukiran teung Negeri Hulaliu (Haturesi Rakanyawa) pada gambar berikut ini. Hal ini membuktikan bahwa kata Lesi dan Resi penulisannya tidak menggunakan Y (atau I Greek).

Penggunaan Huruf I Pada Teung Negeri Hulaliu

5. Jika penulisan awal AMALESI adalah AMALESDJ atau AMALESSDJ, setelah masuknya Ejaan Yang Disempurnakan atau EYD barulah dapat dirubah menjadi AMALESY atau AMALESSY, sayangnya tidak dikarenakan sejak masyarakat pulau Seram mengenal tulisan sudah ditulis AMALESI. Pada jaman itu juga belum dikenal adanya Ejaan Yang Disempurnakan, belum ada huruf C (masih TJ), belum ada huruf U (masih OE) dan belum ada huruf Y (masih DJ) sehingga penulisan “Risapory” juga tentu salah karena seharusnya “Risapori”. Lagipula dalam penulisannya tidak mempergunakan huruf DJ sehingga tidak dapat berubah menjadi Y, kecuali apabila penulisannya Risapordj lalu berubah berdasarkan EYD menjadi Risapory begitu juga dengan Amalesi yang dari dahulu penulisannya tidak ada huruf DJ sehingga tidak perlu dirubah menjadi Y apalagi sampai dengan ditambahkan SS.

Oleh karena itu sekalipun penggunaan kata AMALESI, AMALESY dan AMALESSY pada intinya merujuk pada suatu makna, yaitu digunakan untuk menyebutkan arti BAPA yang MELEBIHI, tetapi haruslah dicermati dari perspektif etimologis berdasarkan tatanan Bahasa (Dalam Hal ini Bahasa ALUNE) sehingga memiliki arti yang berbeda walaupun memang menuju ke satu makna. Pengucapan yang salah tentu akan bermakna lain. Oleh karena itu kita sebagai anak-anak NEGERI TIHULALE haruslah terbiasa menggunakan AMALESI dan bukannya menggunakan AMALESY ataupun AMALESSY yang justru tak ada maknanya.

Mengenai asal usul pemberian gelar AMALESI, silahkan baca Sejarah Asal Usul Gelar Amalesi

Post a Comment

0 Comments